- Tahun ini ia baru saja dinobatkan sebagai The Most Stylish Model oleh ajang Fashion Nation yang digelar di Senayan City, Jakarta. Beberapa waktu sebelumnya, ia terpilih sebagai The Next Face of Asia 2012, mengungguli 11 kontestan lainnya. Siapa mengira, dulu Paula Verhoeven justru kerap ditolak agensi model karena bertubuh gemuk.
Sebagai model, tubuh prima adalah salah satu modal utamanya. Sebelum menjadi model profesional, putri Eddy Verhoeven dan Herlina ini mengaku sangat abai dengan tubuhnya, sehingga kerap ditolak berbagai agensi model. Berat badannya pernah mencapai 70 kilogram.
“Dulu sempat stres karena mengalami kelebihan berat badan, dan pernah melakukan diet yang salah karena kurang dan terbatasnya informasi mengenai diet dan olahraga,” ujar perempuan kelahiran Semarang, 18 September 1987 ini berkisah.
Karena itu juga, Paula kerap ditolak kasting dan terlibat dalam show-show desainer besar. Ia juga sering mendapat komplain dari PGEgaHJlZj0iaHR0cDovL2FkaXByYW1hbmEuY29tLzIwMTAvMDMvZm90by10ZWxhbmphbmctZmFocmFuaS5odG1sDSIgdGFyZ2V0PSJfYmxhbmsiIHJlbD0ibm9mb2xsb3ciPmZvdG88L2E+grafer dan stylist majalah. Tapi, hal itu kemudian menjadi pemacu semangatnya untuk membuktikan bahwa dirinya bisa tampil lebih baik, dan berkiprah di dunia modeling yang sudah ia pilih sebagai karier.
“Dulu saya melakukan diet dengan cara salah, tidak makan seharian, atau makan hanya satu kali sehari. Pernah coba-coba ke slimming center, dokter untuk kurus, sampai akupuntur pun dijalani, tapi tidak berhasil,” ungkapnya.
Dari berbagai pengalaman itu, sampailah ia pada kesimpulan bahwa diet itu bukan berarti mengurangi makan, namun "mengatur" pola makan.
Paula lalu berpegang pada empat komponen dietnya: Pertama, sumber protein dari ikan, dada ayam tanpa kulit, dan nabati kacang-kacangan, tempe, tahu, sayur, beras merah, roti gandu. Kedua, dalam cara penyajian, lebih memilih makanan yang direbus, dipanggang, dikukus, atau dibakar. Ketiga, dalam porsi yang dikonsumsi, serta keempat, berkaitan dengan waktu atau jadwal makan yang tepat waktu.
“Selain makan, tubuh juga harus dijaga dengan berolahraga, seperti latihan beban untuk pengencangan otot, dan latihan kardiovaskuler dengan aerobik, treadmill, joging, atau berenang,” paparnya.
Semua itu membutuhkan motivasi yang mesti datang dari diri sendiri, bukan orang lain. Karena dengan adanya motivasi, informasi yang memadai, serta aksi nyata, maka tujuan yang diinginkan dapat dicapai.
Kini, hidup sehat sudah menjadi gaya hidupnya. Di luar runway, Paula banyak menggunakan waktu senggangnya untuk ke gym. Ia menjalani weight training, juga mengikuti kelas-kelas berkelompok seperti body pump, body balance, pilates, atau yoga.
Dengan mencapai berat badan yang ideal (55 kg) untuk tinggi tubuhnya yang 183 cm, Paula kemudian menjadi model yang paling mudah dikenali. Ia menjadi salah satu dari beberapa model paling diinginkan para desainer Indonesia sekarang ini.
Selain dua penghargaan yang baru diraihnya tadi, Paula juga sudah mengantongi beberapa pencapaian lain yang membuatnya makin percaya diri. Antara lain ikut serta dalam Audi Fashion Festival Singapore 2010, berkesempatan satu panggung dengan model top berdarah Estonia, Carmen Kass di Dsquared Show, serta satu panggung dengan model androgini Andrej Pejic di Digital Fashion Week Singapore 2012.
Kiat perawatan from top to toe ala Paula Verhoeven:
* Banyak minum air putih, mengatur pola makan (diet), olahraga, dan istirahat yang cukup
* Untuk perawatan rambut, sering melakukan creambath, masker di salon maupun sendiri, dan memakai lidah buaya
* Untuk perawatan kulit wajah, rutin menggunakan pelembab, dan melakukan beberapa perawatan wajah
* Untuk perawatan tubuh, rajin luluran dan memakai body cream.
Baca juga:
Di Balik Gemerlap Paula Verhoeven
Belum ada tanggapan untuk "Perjuangan Paula Verhoeven Menuju "Model Termodis""
Post a Comment