- Tak mudah bagi siapa pun menghadapi kenyataan kehilangan anggota keluarga. Termasuk orangtua yang kehilangan anak untuk selamanya, karena menderita sakit dan telah melewati perjalanan panjang berjuang melawan kanker.
Pinta Manullang, ibu dari Anyo, anak penderita kanker darah (leukimia) dan pendiri Yayasan Anyo Indonesia melewati masa sulit ini berbekal ketangguhan, semangat tinggi dan berdamai dengan diri, demi sang buah hati.
Panggilan berbagi
Berdamai dengan diri, menerima kenyataan bahwa buah hati harus berjuang melawan kanker. Menghadapi berbagai tahapan terapi dan pengobatan medis dengan penuh kebesaran hati, penting dimiliki orangtua dengan anak menderita kanker.
Pengalaman inilah yang terjadi pada Pinta dan suami, Sabar Manullang mendampingi, mengasuh, merawat, memberikan yang terbaik demi sang buah hati Andrew (Anyo) Manullang yang divonis leukimia pada usia 11 dan meninggal saat berusia 19,5 pada 2008.
Bagi Pinta dan Sabar, perjalanan mendampingi Anyo memberikan pelajaran, pengalaman, juga pengetahuan. Hingga akhirnya keduanya tergerak untuk membantu anak penderita kanker lain agar mendapatkan perhatian yang tepat.
Pinta dan Sabar, dengan penuh dedikasi berlandaskan pengalaman pribadi, mendirikan Yayasan Anyo Indonesia, yang semula bernama Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia. YAI berdiri 27 Juni 2012, merupakan rumah singgah untuk anak penderita kanker usia 0-18.
Durasi pengobatan yang panjang, membuat banyak keluarga dengan anak penderita kanker, membutuhkan tempat tinggal sementara. Untuk menyewa tempat tinggal yang berdekatan dengan rumah sakit, membutuhkan biaya mahal. Atas dasar ini juga lah, YAI berdiri, membantu keluarga, memastikan anak penderita kanker mendapatkan tempat tinggal sementara dengan ragam perhatian yang diberikan sesuai kebutuhannya.
YAI aktif memberikan edukasi seputar kanker, agar semakin banyak orang memahami bagaimana mendeteksi sedari dini supaya anak memiliki kesempatan hidup lebih tinggi, bisa mencapai 80 persen.
Tak hanya menyediakan tempat tinggal, makanan, akses pengetahuan, seperti Pinta dan Sabar yang tak pernah menyerah menjalani proses bersama Anyo, YAI juga menyebar semangat kepada anak-anak yang menderita sakit parah.
"Kami prioritas pada anak penderita kanker, namun siapa pun terutama yang tidak mampu, bisa menggunakan fasilitas rumah singgah ini selama menjalani pengobatan," tutur Pinta yang berharap bisa menambah rumah singgah di sekitar rumah sakit terkait.
Di rumah singgah, YAI memastikan anak-anak penderita kanker bisa memperkaya wawasan, mendapatkan pengalaman menarik yang bisa membuat hatinya gembira, mendapat suntikan semangat yang menjadi bekal penting saat menjalani pengobatan. Suntikan semangat juga berarti bagi keluarga terutama orangtua.
"Dengan bersemangat, kalau pun harus menghadapi kematian, orangtua juga bisa kuat," ungkap Pinta.
Pinta juga ingin mengedukasi, anak-anak penderita kanker agar tidak dibatasi beraktivitas. "Berikan kepercayaan, anak-anak kalau sakit jangan dibatasi nanti tambah sakit," ujar Pinta yang beberapa kali mengajak anak-anak di yayasan jalan-jalan ke tempat wisata.
Melalui YAI, Pinta mengajak berbagai pihak untuk peduli, menyebarkan semangat bagi anak penderita kanker. Setiap orang dengan berbagai kapasitasnhya bisa melakukan apa saja menyebar energi positif untuk anak dan keluarga.
"Anak-anak bilang rumah ini sebagai hotel," ungkapnya.
Panggilan jiwa Pinta membantu anak penderita kanker, ingin dibaginya kepada sebanyak mungkin orang. Harapannya anak-anak Indonesia yang menderita sakit, orangtua dan keluarga yang harus berbesar hati menerima kondisi buah hati, bisa seperti di negara maju yang memiliki perhatian besar terhadap anak-anak ini.
Ia berharap YAI dapat menjadi fasilitator, memberikan kontribusi kepada masyarakat, lantaran masih minimnya perhatian pemerintah terhadap anak penderita kanker di Indonesia.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Pinta Manullang: Tangguh dan Berdamai dengan Diri - Bagian II (Habis)"
Post a Comment