- Baru berusia enam tahun, Sita sudah gemar berdandan. Kata orangtuanya Sita mulai genit. Namun, kata psikolog, sebenarnya ia sedang belajar mengenal identitas dirinya sebagai seorang perempuan.
”I’m not a girl, I’m a teenager,” kata Sita tegas suatu kali dengan bahasa Inggris kepada ibunya, Marta. Sejak saat itu, ia tidak mau lagi diatur-atur ibunya untuk urusan berbusana. Ia lebih suka rok daripada celana pendek yang biasa digunakan bocah cilik. Warna pakaiannya yang dibeli harus sesuai dengan karakter perempuan. Ia enggan mengenakan sepatu olahraga, tetapi gemar mengenakan sepatu khas perempuan.
Sita juga mulai mengenakan perhiasan imitasi murahan yang dia beli sendiri. ”Malah Sita beli cat kuku sendiri dan pernah minta diantar ke salon. Dia juga bilang, ’Nanti kalau sudah SMP saya akan ke salon sendiri. Ibu enggak usah mengantar,’” tutur Marta sambil terkekeh, Selasa (22/1/2013), di rumahnya di kawasan Ciputat.
Seleranya pada musik juga berubah. Jika sebelumnya ia suka lagu anak-anak, sekarang Sita gandrung lagu-lagu cinta yang dinyanyikan orang dewasa, seperti artis top Avril Lavigne, Katy Perry, dan Selena Gomez. Lagu kesayangannya, Girlfriend, yang dinyanyikan Avril, ia putar rata-rata dua kali sehari. Sambil mendengarkan lagu itu ia ikut menyanyikan syairnya keras-keras. Hey! Hey! You! You!/ I don’t like your girlfriend!/ No way! No way!/ I think you need a new one/ Hey! Hey! You! You!/ I could be your girlfriend//.
”Dia paham arti kata per kata dari syair lagu itu, tetapi belum mengerti konteks makna lagu itu,” ujar Marta takjub.
”Akulah putri impian...”
Perilaku ”genit” juga diperlihatkan Fira yang baru berusia 4 tahun dan masih suka mengemut jempol tangannya. Dia suka sekali membubuhkan bedak milik ibunya ke wajahnya, mengolesi kulitnya dengan lotion, dan menjepit rambutnya dengan jepit warna-warni. Setelah itu, ia akan bertanya kepada setiap orang yang ada di dekatnya, ”Fira sudah cantik, kan?”
Kalau orang sekelilingnya mengamini perkataannya, Fira langsung berputar-putar seperti penari balet sambil berteriak menirukan syair lagu anak-anak, ”Akulah putri impian.... Putri yang baik hati.”
”Pokoknya heboh dan bikin orang serumah tertawa terbahak-bahak,” ujar Warna, ayah Fira. Saudara kembar Fira, Fina, yang juga perempuan, tak menunjukkan perilaku seperti itu.
Diva (8) ingin juga tampil cantik. Suatu hari ia merengek-rengek minta dibelikan celana pendek berbahan jins kepada ayahnya, Akhmad (35). Entah mengapa, Diva sangat ingin punya celana pendek berpotongan modis yang bagian bawahnya terlipat, bukan seperti celana pendek anak-anak untuk bermain bola. Sang ayah tak pernah mengabulkannya.
Sampai akhirnya ibunya, Rini (36), mengabulkan permintaan anaknya itu. Diva pun memilih sendiri di toko pakaian anak-anak, celana pendek yang dimauinya itu. Sepulangnya dari toko, celana itu pun langsung dipakainya bermain ke rumah tetangga.
Suatu ketika, Rini mendapat laporan dari pembantu di rumah, Diva diam-diam membawa celana pendek kesayangannya itu ke sekolah. Diva menyelipkan celana pendeknya dan sehelai kaus di dalam tas sekolahnya. Sepulang sekolah, gadis cilik ini buru-buru menyelinap ke mobil jemputan sekolah dan mengganti seragam sekolah dengan celana pendek dan kaus. Dengan pakaian itulah Diva langsung diantar menuju tempat kursus bahasa Inggris.
”Pembantu saya yang menjemput di tempat kursus kaget waktu lihat Diva pakai celana pendek, padahal biasanya dia tetap masih berseragam sekolah,” tutur Rini.
Rini mengaku heran dengan perilaku anaknya yang kini sangat sadar penampilan. Tidak hanya soal pakaian, ia juga rajin mematut diri di depan cermin, mengenakan jepit rambut dan gelang tangan warna-warni.
”Waktu saya kecil enggak seperti itu sih. Pakaian tidak pernah pilih-pilih, pokoknya yang ada di lemari itulah yang saya pakai. Makanya saya heran dengan perilaku Diva. Saya pernah tanya, ’Kamu meniru siapa sih?’ Dia cuma cengar-cengir saja,” ujar Rini yang mengaku tidak pernah mengajari Diva berdandan lantaran dirinya sendiri tidak suka berdandan.
Belajar identitas
Psikolog anak, Rosdiana Setyaningrum, mengatakan, orangtua tidak perlu khawatir jika mendapati anaknya yang masih bocah mulai ”genit”. Perilaku genit anak-anak sangat berbeda dengan perilaku genit remaja.
”Anak-anak berdandan karena meniru tingkah laku ibu, orang terdekat, atau tokoh idola di televisi. Sementara itu, remaja berdandan untuk meraih pujian dan menarik perhatian lawan jenis,” ujar Rosdiana.
Orangtua, kata Rosdiana, tidak perlu pula melarang anaknya yang masih bocah berdandan. ”Sebaiknya biarkan saja karena itu adalah bagian dari tahap perkembangan yang harus dilalui anak-anak,” ujarnya. Ia menambahkan, anak yang hobi berdandan sejak balita biasanya akan terus berdandan hingga remaja dan dewasa.
Dengan berperilaku seperti itu, kata Rosdiana, anak-anak belajar tentang identitas diri sebagai seorang perempuan. ”Jadi, enggak usah dianggap genit. Lebih baik orangtua menggunakan kesempatan ini untuk mendekati anak-anak. Arahkan (perilaku) itu ke perawatan diri supaya mereka belajar menghargai diri sendiri.” (BSW/ROW/SF/WKM)
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Ketika Anak Mulai "Genit""
Post a Comment